MY DADDY MY HERO
oleh: Ustadzah Anik Nurhayati, S.Si
Â
Tau gak siiih? kenapa ayah itu Pahlawan
yang menakjubkan!
Â
 PANDANGAN ISLAM
Dan (ingatlah) ketika Luqman
berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: Hai anakku,
janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah)
adalah benar-benar kezaliman yang besar. (QS. Luqman (31) ayat 13).
Â
Ayat diatas bersama dengan
ayat-ayat serupa (al-Baqarah 132, Yusuf 67) bercerita tentang para ayah
(Luqman, Nabi Yakub, dan Nabi Ibrahim) yang sedang mendidik anak-anaknya.
Ternyata, proses pendidikan (dalam keluarga) yang digambarkan melalui Al-Quran
dilakukan oleh para ayah. Tidak ada satu ayat pun yang menyampaikan pendidikan
dari para ibu, kecuali adanya perintah menyusui, Tetapi dalam hal berbuat baik
antara ayah dan ibu, memiliki kesempatan yang sama .
Â
Nabi pun mencontohkan, bahkan
ketika beliau sedang disibukkan dengan urusan menghadap Allah SWT (shalat),
beliau tidak menyuruh orang lain (atau kaum perempuan) untuk menjaga kedua
cucunya yang masih kanak-kanak, Hasan dan Husain. Bagi Nabi, setiap waktu yang
dilalui bersama kedua cucunya adalah kesempatan untuk mendidik, termasuk ketika
beliau sedang shalat.
Â
Keterlibatan ayah dalam pendidikan anak memenuhi gambaran
sejarah Islam. Syaikhul Islam Abu Abbas Ahmad bin Abdillah al-Maghribi al-Fasi
(560 H) juga tercatat mengajari putrinya 7 (tujuh) cara baca al-Quran, serta
buku-buku hadits seperti Bukhari dan Muslim. Walaupun ada yang mengatakan bahwa
beliau terlalu sibuk dengan dakwah sehingga tidak pernah punya waktu untuk
putrinya, namun hal ini dibantah oleh Imam al-Dhahabi yang mengatakan bahwa
sulit dipercaya jika ada ulama yang berperilaku seperti ini, sebab perbuatan
seperti itu merupakan keburukan yang bertentangan dengan ajaran Nabi SAW. Sang
teladan bagi umat manusia ini biasa menggendong cucunya bahkan ketika sedang
shalat.
Â
Contoh lain bisa kita dapati dari riwayat pakar
pendidikan Islam Ibnu Sahnun (256H). Disebutkannya, Hakim Isa bin Miskin selalu
memanggil dua putrinya setelah shalat Ashar untuk diajari al-Quran dan ilmu
pengetahuan lainnya. Demikian pula dengan Asad bin al-Furat, panglima perang
yang menaklukkan kota Sicily, ternyata juga mendidik sendiri putrinya. Nama
lain yang tercatat dalam sejarah adalah Syaikh al-Qurra, Abu Dawud Sulayman bin
Abi Qasim al-Andalusi (496H) dan Imam Ala al-din al-Samarqandi (539H).
Dari beberapa contoh di atas bisa kita lihat, bahkan
untuk pendidikan anak perempuan sekalipun, para ulama tidak melemparkan
tanggung jawab kepada istri-istrinya. Begitu intensifnya peran ayah dalam
pendidikan anak-anaknya, hingga tatkala menjelang sakaratul maut pun, seorang
ayah yang baik memastikan sejauh mana keberhasilannya dalam mendidik
anak-anaknya dengan bertanya kepada mereka, Apa yang kamu sembah
sepeninggalku?(maa ta buduuna min ba’dii, al-Baqarah 133).
Â
Sungguh berbeda dengan kondisi masyarakat kita yang
seakan-akan membebankan semua urusan anak-anak kepada para istri, dan
menghabiskan waktunya untuk urusan di luar rumah. Seorang dokter yang sangat
sibuk ternyata bisa dengan antusias mendidik para mahasiswa kedokterannya dan
bahkan berceramah keliling nusantara, namun, bagaimana mungkin dia menjadi
begitu lemah dan beralasan tidak punya waktu ketika harus mendidik anak-anaknya
sendiri?
Â
Tidak mengherankan jika kenakalan remaja dan kerusakan
generasi menjadi kian parah, sebab, para ayah hebat kita, pengacara terkenal,
hakim agung, pengusaha sukses, termasuk beberapa ustadz yang luar biasa dalam
dakwah terlalu sibuk mendidik orang lain dan menyepelekan kewajiban untuk mendidik
anak-anaknya.
Â
PENELITIAN ILMIAH
Dr. David Popenoe, seorang
sosiolog Amerika yang mengkhususkan diri mengkaji peran ayah dalam pendidikan
anak (fatherhood) menyatakan bahwa ayah yang ikut melibatkan diri secara aktif
dalam mendidik anak akan membawa keuntungan positif yang tidak dapat dilakukan
orang lain.
Analisa ini sejalan dengan hasil studi yang diadakan oleh Kyle D. Pruett.
Menurut Pruett dalam bukunya Fatherneed: Why Father Care is as Essential as
Mother Care for Your Child, manfaat keikutsertaan ayah dalam mendidik anak
adalah sebagai berikut:
Â
Pertama, hasil
pendidikan anak menjadi lebih baik.
Sejumlah
studi menunjukkan bahwa ayah yang terlibat dalam mengasuh dan bermain-main
dengan anak balitanya akan meningkatkan kecerdasan (IQ), kemampuan bahasa dan
kapasitas kognitif anak.
Â
Kedua, anak akan
lebih siap secara mental untuk menghadapi suasana sekolah.
Anak akan
lebih sabar dan lebih mampu mengatasi tekanan dan frustrasi yang ada
hubungannya dengan kegiatan belajar di sekolah dibanding anak yang ayahnya
kurang begitu peduli.
Â
Ketiga, lebih
stabil secara emosional.
Ayah yang
ikut melibatkan diri sejak anak lahir akan membuat emosi anak lebih stabil,
lebih percaya diri untuk mengeksplorasi lingkungan sekitarnya. Dan saat mereka
tumbuh dewasa akan memiliki koneksi sosial dengan teman-temanya secara lebih
baik. Juga kecil kemungkinan akan membuat masalah di rumah, sekolah atau
lingkungan sekitar.
Â
Keempat, anak
dapat memasuki usia sekolah dengan lebih tenang.
Kecil
kemungkinan mengalami depresi, menampakkan perilaku disruptif atau berbohong.
Anak juga lebih cenderung menampakkan sikap pro-sosial.
Â
Kelima, anak
laki-laki lebih cenderung tidak nakal di sekolah sedang anak perempuan
cenderung memiliki rasa percaya diri yang lebih kuat.
Â
Di
samping itu, sejumlah survei menyimpulkan bahwa anak yang dekat dengan ayahnya
lebih mungkin memiliki kesehatan fisik dan kejiwaan yang baik. Performa di
kelas lebih baik, dan cenderung terhindar dari kenakalan remaja seperti narkoba,
kekerasan dan perilaku menyimpang lain.
Oleh
karena itu, tidaklah terlalu mengherankan apabila sebuah penelitian yang
dilakukan terhadap 17.000 anak sekolah di Inggris oleh Universitas Oxford
menghasilkan kesimpulan yang sama. Yakni, adanya hubungan yang relevan antara
kedekatan ayah dengan keberhasilan akademis anak.
Sebuah
penelitian lain yang diadakan oleh Univesitas Illinois, AS, menyimpulkan bahwa
anak yang memiliki ayah yang peduli untuk meluangkan waktu untuk sekedar
menanyakan pada anak tentang apa yang dipelajari di sekolah, menanyakan
kegiatan sosial anak dan hubungannya dengan teman-temannya, akan cenderung
memiliki performa dan pencapaian lebih baik di sekolah dibanding anak yang
tidak mendapat perhatian serupa dari ayah mereka.
Dengan
demikian besarnya peran ayah dalam memengaruhi performa anak di berbagai bidang
(kecerdasan, akademis, sosial dan perilaku), maka sudah waktunya bagi seorang
ayah untuk memberi perhatian lebih pada perkembangan anak sejak dini dan
menjalin hubungan yang lebih dekat dengan mereka. Selama ini, tidak sedikit
ayah lebih terfokus pada pekerjaan dan memasrahkan urusan anak pada ibunya saat
di rumah dan pada guru-gurunya saat di sekolah. Saatnya bangkit dan raih Ridho
Alloh SWT, kebahagiaan dunia akherat bersamamu My Daddy.
Â
Kau yang selalu mengajariku
Bagaimana menjadi anak yang berbakti.
Kau yang selalu membelaiku
Saatku menangis karena aku tak mampu
Oh My Daddy
Â
Kau yang selalu memahamiku
Walau aku sering membuatkmu tak mengerti.
Kau yang selalu membelaiku
Saatku menangis karena aku tak mampu.
Â
Cinta dirimu, bagiku kau pahlawan hidupku
Sayang dirimu, ku berjanji bahagiakanmu
Â
I Love U My Daddy